 |
| Makam Sayyid Kubro Desa Matan Kecamatan Simpang Hilir Kabupaten Kayong Utara Kalimantan Barat |
Setelah Sultan Zainuddin wafat pada tahun 1732 Masehi, kemudian dilanjutkan oleh Pangeran Ratu yang naik tahta pada tahun 1732 dan meninggal pada tahun 1736 . Pada saat ini Sayyid Kubro yang sebelumnya telah menjadi Qadhi (Hakim Agama Tertinggi) sejak zaman Sultan Zainuddin di Kesultanan Matan kedatangan tamu yang juga merupakan sahabatnya yang berasal dari hadramaut yaman selatan yang bernama Habib Husein Alkadrie.
Kemduian Pada masa Sultan Aliuddin (Pangeran Mangkurat) naik tahta di Kesultanan Matan pada tahun 1736 Masehi, Habib Husein dan Sayyid Kubro masih menjadi pemuka agama di kerjaan, dimana pada masa itu Sayyid Kubro menjadi Qadhi dan Habib Husein Alkadrie selaku mufti.
Sayid Kubro yang bernama asli Sayyid Hasyim bin Yahya adalah sosok ulama yang sangat hebat, gagah dan berani, berwibawa dan sangat dihormati dinegeri Matan.
 |
| Manuskrip Yang di tulis oleh Ahmad Abdulrahman Alkadire pada bulan dzulhijjah 1268 Hijriyah atau tahun 1852 Masehi, dan disalin ulang oleh Necsher ( Hindia belanda ) tahun 1855 |
Sayyid Kubro juga dikenal dengan nama Tuan Janggut Merah, karena sosok beliau yang gagah mempunyai janggut yang sangat lebat berwarna merah, Sayyid Kubro mempunyai kebiasaan mewarnai janggutnya yang sudah memutih dengan daun pacar, sehingga janggut beliau berwarna merah, akhirnya orang orang dimasa itu menggelari beliau dengan nama Tuan Janggut Merah
Sayid Kubro juga mempunyai kebiasaan unik dimana beliau selalu membawa tongkat yang terbuat dari besi yang sangat berat, kemanapun beliau pergi tongkat itu selalu dibawanya.
Tongkat besi itu beliau gunakan untuk menghancurkan gambar gambar yang berupa manusia ataupun berupa binatang yang beliau temui baik di kapal kapal atau rumah atau pada benda benda lainnya, beliau akan menumbuk gambar gambar/patung itu menggunakan tongkatnya hingga hancur. \CH
(Sumber TACB Ziarah Akbar Harlah 1 Abad NU)
Posting Komentar