Jamaah MWCNU Pulau Maya menyebrang lautan |
Gegap gempita menyambut satu abad NU (Nahdlatul Ulama) menggema
diseluruh penjuru Nusantara, bahkan gaungnya terdengar hingga ke dunia. Begitu
juga disebuah kota kecil Kabupaten Kayong utara dengan ibu kotanya Sukadana,
juga turut menggenapi meriahnya hari lahir NU yang saat ini usianya sudah
seratus tahun.
Ribuan jamaah dari 6 kecamatan memadati Masjid Agusng Oesman
Alkhair Sukadana, pada 8 Februari 2023. Jamaah berasal dari Kecamatan paling utara yakni kecamatan
Seponti, Teluk Batang, Pulau Maya, Simpang Hilir dan Sukadana. Para jamaah
menggunakan kendaraan darat, baik roda dua maupun roda empat, bahkan terkhusus
bagi jamaah Nahdliyyin yang berasal dari Pulau Maya harus berjuang dengan menyebearangi lautan.
Ribuan jamaah tumpah ruah didalam Masjid Agung Oesman Alkhoir, tak sedikit yang memilih duduk di halaman, panitia kerepotan sebab kehadiran jamaah diluar ekspetasi. Panitia mentargetkan jamaah yang datang hanya 1500 orang, namun nyatanya lebih dari 3000an orang. Kendaraan roda dua maupun roda empat terparkir penuh, dari jalan hingga halaman masjid, hampir tak ada celah kosong, ramainya melebihi hari Raya Idul Adha maupun Idhu Fitri.
Perjuangan para jamaah dari berabgai daerah untuk menghadiri acara satu abad NU di masjid Agung Usman Al Khoir Sukadana tak semuanya berjalan lurus. Sebab selain jarak yang jauh, medan yang sulit juga menjadi kendala tersendiri bagi para jamaah. Maka wajar dari sekian ribu jamaah yang datang ada yang mengalami kendala ditengah perjalanan.
Kisah pertama datang dari Syarian (54 Tahun), atau yang akrab di sapa Wak Ano An, yakni salah seorang jamaah NU Kecamatan Teluk Batang. Wak Ano An terjatuh dari motor di Jalan Propinsi Desa Rantau Panjang dengan luka ringan serta lecet diwajah. Meskipun dalam keadaan terluka, ia tetap melanjutkan perjalanan untuk menghadiri acara puncak satu abad NU di Sukadana.
Kisah berikutnya yang tak kalah seru adalah perjalanan menyebarangi
lautan dari jamaah NU Kecamatan Pulau Maya. Dikisahkan oleh ketua panitia yakni
Amiruddin, bahwa jamaah dari Pulau Maya yang berjumlah 100 orang datang dengan
menggunakan beberapa kapal klotok serta perahu. Selama kurang lebih dua jam
mereka menyeberangi lautan dengan gelombang yang lumayan membuat mabuk.
Mereka menginap di sekretariat BAZNAS Kayong Utara dengan
apa adanya, tanpa selimut maupun bantal. Keesokan harinya ketika pulang mereka
mesti berjalan kaki menuju pelabuhan Cik Kadir yang berjarak + 3 KM.
Mesikupun demikian tak satupun diantara mereka mengeluh, sebab mereka sadar
bahwa pengorbanan yang mereka lakukan saat ini tak sebanding dengan bagaimana
perjuangan para kiai dan ulama para pendiri NU pada satu abad yang lalu.
Jamaah NU dari seponti juga memiliki kisah menarik, mobil yang dikendarai oleh salah satu rombongan, macet di Desa Harapan Mulia Kecamatan Sukadana. Maka dengan terpaksa jamaah harus dijemput dengan mobil yang lain. Selain itu saat pulang salah seorang ustadz terpaksa harus menumpang di bak mobil pekap paling belakang karena keterbatasan armada.
Ketika acara usai para panitia kembali sibuk dengan berkemas kemas. Amiruddin selaku ketua panitia 1 abad NU pulang pada pukul 22. 00 WIB, namun ditengah perjalanan ia terjatuh dari motor di Dusun Senebing Desa Harapan Mulia. Untung hanya kesleo dan luka ringan, setelah ditangani ulah tukang urut ia kemudian pulang dan saat ini tinggal pemulihan saja.
Masih banyak kisah kisah lain yang tak tertulis, baik suka
maupun duka dalam memeriahkan acara peringatan 1 abad NU yang dilaksanakan
selama 100 tahun sekali ini. Maka rasanya hampir mustahil jika para warga Nahdliyyin
yang hidup pada masa ini bisa memperingati kembali momen bersejarah serupa, yakni 100 tahun lagi di tahun 2123. MH
Posting Komentar