Cek Fakta, Para Nabi yang Berusia Ratuan Bahkan Ribuan Tahun

 


EKSISTENSI MANUSIA BERUSIA RIBUAN TAHUN:

MITOS, FAKTA, DAN IMPLIKASINYA DALAM ILMU PENGETAHUAN

Oleh : Mahfudl Ridhowie

 

 Sebagai kitab suci yang diwahyukan oleh Allah, Al-Qur’an adalah sebagi pedoman hidup bagi umat Islam. Didalamnya terdapat berbagai kabar , baik mengenai kejadian masa lalu, peristiwa yang sedang terjadi saat ini, maupun janji dan peringatan tentang masa depan. Setiap muslim wajib meyakini kebenaran semua informasi yang terkandung didalam nya tanpa ada keraguan.

Allah menegaskan dalam QS. Al-Baqarah (2) / 1-2 :

الۤمّۤۚ ۝١

 

alif lâm mîmAlif Lām Mīm.

 

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَۛ فِيْهِۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ ۝٢

 

Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa,

 

Ketika Al-Qur’an menceritakan berbagai kisah umat terdahulu, terkadang ada pertanyaan dalam hati kecil Sebagian dari kita, ada sesuatu yang tidak masuk akal ketika diterapkan pada temuan temuan ilmu pengetahuan zaman modern saat ini, namun disisi lain kita tetap beriman akan kebenaran wahyu yang diturunkan, contoh kecil, kisah Nabi Nuh AS  dalam  QS Al-Ankabut  14 :

 

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَلْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَامًاۗ فَاَخَذَهُمُ الطُّوْفَانُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ ۝١٤

 

Artinya  :

Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian, mereka dilanda banjir besar dalam keadaan sebagai orang-orang zalim.

Dari ayat diatas ada angka tahun yang sangat fantastis, yaitu 1000 tahun kurang 50 tahun,  apakah benar manusia bisa memiliki umur seribu tahun dan bahkan lebih?

Sebagian dari kaum muslimin percaya dan tidak lagi mempermasalkan angka angka itu, karena jika Allah berkehendak semua bisa terjadi.

Sangat menarik ketika membaca Al Qur’an, dimana setiap kata memiliki makna yang harus kita fahami dengan cermat, pada ayat diatas terdapat dua kata yang memiliki arti yang tidak dapat dibedakan  dalam Bahasa Indonesia yaitu Sannah dan ‘Amma, akan tetapi ketika kita cermati secara seksama dengan pengamatanan pada ayat ayat yang lain, kita akan dapat merasakan bahwa sejatinya dua kata ini memiliki perbedaan makna yang sangat penting.

Kata Sannah termaktub 7 kali dalam berbagai surah seperti :

Al Baqarah( 2)/96, Al maidah (5)/26, Hajj (22)/47, Al ankabut (29)/14 , As sajdah (32)/5, Al ahqaf(46)/15 dan Al ma’arij ( 70)/4.

Begitu pun kata ‘Amma di sebut 7 kali dalam surah Al Baqarah (2)/259, At taubah (9)/28, At Taubah (9)/37, At Taubah (9)/126, Yusuf (12)/49 Al ankabut (29)/14 dan Luqman (31)/14.

Penggunaan kata sannah selalunya mengambarkan angka tahun yang dapat berubah bergantung pada kerangka sudut pandangnya, semisal dalam surat  al ma’arij (70) /4 :

تَعْرُجُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ اِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهٗ خَمْسِيْنَ اَلْفَ سَنَةٍۚ ۝٤

Para malaikat dan Rūḥ (Jibril) naik (menghadap) kepada-Nya dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.

Disisi lain kata ‘Amma memiliki makna Tahun yang Pasti, semisal pada  surah Al-Baqarah(2)/

259 :

اَوْ كَالَّذِيْ مَرَّ عَلٰى قَرْيَةٍ وَّهِيَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوْشِهَاۚ قَالَ اَنّٰى يُحْيٖ هٰذِهِ اللّٰهُ بَعْدَ مَوْتِهَاۚ فَاَمَاتَهُ اللّٰهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهٗۗ قَالَ كَمْ لَبِثْتَۗ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالَ بَلْ لَّبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ اِلٰى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْۚ وَانْظُرْ اِلٰى حِمَارِكَۗ وَلِنَجْعَلَكَ اٰيَةً لِّلنَّاسِ وَانْظُرْ اِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوْهَا لَحْمًاۗ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗۙ قَالَ اَعْلَمُ اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ۝٢٥٩

Atau, seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh menutupi (reruntuhan) atap-atapnya. Dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah kehancurannya?” Lalu, Allah mematikannya selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (kembali). Dia (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Sebenarnya engkau telah tinggal selama seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, (tetapi) lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang-belulang) dan Kami akan menjadikanmu sebagai tanda (kekuasaan Kami) bagi manusia. Lihatlah tulang-belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging (sehingga hidup kembali).” Maka, ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Aku mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

            Dalam QS Al-Ankabut (29) /14  diatas  terdapat kata Sannah dan ‘Amma dalam satu ayat, yang pastinya tersusun dengan makna yang dalam, sehingga menuntun kita lebih cermat memahami kebesaran ayat Allah tersebut, Ada beberpa kajianan yang menarik dari pemikir islam yaitu mufti Abu Laits dan Dr Adnan Ibrahim pakar Bahasa arab dan sejarah dari Gaza Palestina yang mengambil pendekatan historis dan linguistic.  

Nabi Nuh As  berada pada zaman peradaban Mesopotamia, bangsa ini tidak disebut secara lugas dalam Al-Quran sebagaimana pada kaum Saba’ dan Tsamud. Namun dari kejadian  yang ada menunjukan keterkaitan  antara  Nabi Nuh AS dengan peradaban ini,

Penelitian demi penelitian dilakukan oleh para ilmuan dari zaman ke zaman. Pada tahun 1922 sampai 1934, Leonard Woolley dari The British Museum, Inggris, dan University of Pensylvania, Amerika, memimpin sebuah penggalian arkeologis di tengah padang pasir antara Baghdad dan Teluk Persia. Di tempat yang diperkirakan dulunya pernah berdiri sebuah kota bernama Ur, mereka melakukan penggalian. Dari lapisan pertama kerak bumi hingga lima meter ke bawah terdapat sebuah lapisan tanah yang berisi berbagai benda yang terbuat dari perunggu dan perak. Ini benda-benda peninggalan bangsa Sumeria yang diperkirakan hidup sekitar 3.000 tahun Sebelum Masehi. Mereka bangsa yang telah dapat membuat benda dari logam. Di bawah lapisan pertama itu mereka menemukan sebuah lapisan kedua berisi deposit pasir dan tanah liat setebal 2,5 meter. Pada lapisan itu masih terdapat sisa-sisa hewan laut berukuran kecil.

Yang mengejutkan, di bawah lapisan pasir dan tanah liat itu terdapat lapisan ketiga berisi benda-benda rumah tangga yang terbuat dari tembikar. Tembikar itu dibuat oleh tangan manusia. Diperkirakan, benda-benda tersebut peninggalan masyarakat Sumeria Kuno. Menurut perkiraan para ahli, lapisan kedua itu adalah endapan lumpur akibat banjir yang terjadi pada zaman Nabi Nuh.

Banjir itu telah menenggelamkan masyarakat Sumeria Kuno, yang kemungkinan besar mereka adalah kaum Nabi Nuh AS. Lalu lumpur yang terbawa banjir itu menimbun sisa perabadan masyarakat tersebut. setelah banjir berlalu, barulah hadir kembali masyarakat baru di atas lapisan kedua itu, yakni masyarakat Sumeria Baru, yang peradabannya jauh lebih maju daripada masyarakat sebelumnya.

Selanjutnya peneltian terbaru pada tahun 2022, para arkeolog berhasil menemukan reruntuhan istana dari peradaban  Mesopotamia, yang mana terdapat seni tulis, angka angka dan penanggalan. Selain istana yang luar biasa, arkeolog juga menemukan lebih dari 200 lempengan tanah liat serta kuil utama.
 berdasarkan temuan arkeologi, masyarakat Sumeria menggunkan bilangan Quinary gabungan yang berbasis 4, berangkat dari temuan tersebut, Mufti Abu Laits dan Dr Adnan Ibrahim mengambil kesimpulan, untuk dapat memahami jumlah tahun yang terdapat pada kisah Nabi Nuh AS, diperlukan konversi dari bilangan Quinary kedalam bilangan Desimal yang kita gunakan saat ini.

Berikut adalah contoh table sederhana perbandingan dua jenis bilangan :

Bilangan Desimal

Bilangan Quinary

0,       1,       2,     3,     4,

0,       1,     2,      3,      4,

5,       6,       7,     8,     9,

10,   11,   12,   13 ,   14,

10,    11,    12,    13,   14

20     21    22    23      24

15,    16     17,    18,   19

30      31    32    33      34

20     21     22     23    24

40      41     42    43      44

25 -------------------------

100-----------------------------

-----------------------------

----------------------------------

125------------------------

1000---------------------------

Dari contoh tabel diatas kita dapat mengkonversikan 1000 tahun hitungan quinary  sama dengan 125 tahun hitungan desimal, sehingga dapat diambil kesimpulan, masa kebersamaan Nabi Nuh AS jika dikonversikan kedalam angka kita saat ini adalah 125 tahun dikurangi 50 tahun (‘amma) maka akan ketemu angka 75 tahun. dari penelitian para pakar diatas kita dapat memahami bahwa sejatinya usia manusia dari zaman dahulu hingga saat ini tidak lah banyak mengalami perubahan.

Wa llahu a’lam.

 


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama