![]() |
Mahfudz Ridhowi Simpang Hilir Kayong Utara |
Oleh : Mahfudz Ridhowi
Al Qur’an bukan hanya kitab suci yang menjadi pedoman hidup umat Islam, tetapi juga mengandung ayat ayat yang selaras dengan penemuan sains modern. Meskipun bukan sebagai buku Ilmiah, Al Qur’an memberikan petunjuk tentang berbagai fenomena Alam semesta yang kemudian dibuktikan oleh sains setelah beberapa abad kemudian. Hal ini menunjukan bahwa Al Qur’an adalah sebuah Mu’jizat yang membuktikan kebenaranya sepanjang zaman.
Dalam berbagai bidang ilmu, seperti astronomi ,geologi, fisika dan biologi, Al Qur’an telah memberikan gambaran gambaran, semisal tentang penciptaan alam semesta, asal muasal kehidupan di bumi dan lain sebagainya. Penemuan penemuan sains modern semakin memperkuat bahwa apa yang terdapat didalam Al Qur’an adalah wahyu ilahi yang penuh hikmah.
Dalam proses awal penciptaan mahluk hidup, Al Qur’an telah memberikan gambaran pada beberapa ayat :
Az-Zumar · Ayat 6
خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَاَنْزَلَ لَكُمْ مِّنَ الْاَنْعَامِ ثَمٰنِيَةَ اَزْوَاجٍۗ يَخْلُقُكُمْ فِيْ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ خَلْقًا مِّنْۢ بَعْدِ خَلْقٍ فِيْ ظُلُمٰتٍ ثَلٰثٍۗ ذٰلِكُمُ اللّٰهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُۗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ فَاَنّٰى تُصْرَفُوْنَ ٦
Dia menciptakanmu dari jiwa yang satu, kemudian darinya Dia menjadikan pasangannya dan Dia menurunkan delapan pasang hewan ternak untukmu. Dia menciptakanmu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, Pemilik kerajaan. Tidak ada tuhan selain Dia. Mengapa kamu dapat berpaling (dari kebenaran)?
Surat An Nisa’ ayat 1 :
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءًۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (a single soul), dan dari padanya Allah menciptakan pasangan (pair)-nya, dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu."
Akan tetapi dalam kitab-kitab tafsir mu'tabar menafsirkan kata nafs al-wahidah Sebagai sosok Adam. Sementara banyak kalangan yang berpendapat bahwa al-Qur'an tidak menceritakan asal-usul kejadian perempuan. Kata Hawa yang selama ini dipersepsikan sebagai perempuan yang menjadi isteri Adam sama sekali tidak pernah ditemukan dalam al-Qur'an, bahkan keberadaan Adam sebagai manusia pertama dan berjenis kelamin laki-laki masih dipermasalahkan,mengapa selalu dikatakan Adam wa zawj, sekiranya Adam laki-laki maka kata paling tepat digunakan ialah kata zawjah.
Satu-satunya ayat yang mengisyaratkan asal usul kejadian perempuan yaitu Al Quran surat al-Nisa' ayat 1 diatas. Maksud daripada ayat ini masih terbuka peluang untuk didiskusikan, karena ayat tersebut menggunakan kata-kata bersayap. Para mufassir juga masih berbeda pendapat, siapa sebenarnya yang dimaksud dengan "diri yang satu" (nafs al-wahidah), siapa yang ditunjuk pada kata ganti (dhamir) "dari padanya" (minha), dan apa yang dimaksud "pasangan" (zawy) pada ayat tersebut?
Kitab-kitab tafsir mu'tabar dari kalangan jumhur seperti Tafsir al-Qurthubi, Tafsir al-Mizan, Tafsir Ibn Katsir, Tafsir al-Bahr al-Muhith, Tafsir Ruh al-Bayan, Tafsir al-Kasysyaf, Tafsir al-Sa'ud, Tafsir Jami al-Bayan an Tafsir al-Maraghi, semuanya menafsirkan kata nafs al-wahidah dengan Adam, dan dhamir minha ditafsirkan dengan "dari bagian tubuh Adam", dan kata zawj ditafsirkan dengan Hawa, isteri Adam. Ulama lain seperti Abu Muslim al-Isfahani mengatakan bahwa dlamir "ha" pada kata minha bukan dari bagian tubuh Adam akan tetapi "dari gen unsur pembentuk Adam". Jika diteliti secara cermat penggunaan kata nafs termaktub 295 kali dalam berbagai bentuknya dalam al-Qur'an, tidak satupun dengan tegas menunjuk kepada Adam.Kata nafs kadang-kadang berarti "jiwa" ( QS al-Ma'idah/5 :32),
مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَۛ كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا ۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَنَّمَآ اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَلَقَدْ جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَرْضِ لَمُسْرِفُوْنَ
٣٢
“Oleh karena itu, Kami menetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa siapa yang membunuh seseorang bukan karena (orang yang dibunuh itu) telah membunuh orang lain atau karena telah berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Sebaliknya, siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, dia seakan-akan telah memelihara kehidupan semua manusia. Sungguh, rasul-rasul Kami benar-benar telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Kemudian, sesungguhnya banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi”.
"nafsu" ( QS al-Fajr/89 :27), "nyawa/roh" ( QS al-'Ankabut/29 :57).Kata al-nafs al-wahidah sebagai "asal-usul kejadian" terulang lima kali tetapi itu semua tidak mesti berarti Adam, karena pada ayat lain, seperti QS al-Syu'ra ayat 11, nafs itu juga menjadi asal-usul binatang.
فَاطِرُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا وَمِنَ ٱلْأَنْعَٰمِ أَزْوَٰجًا ۖ يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Artinya: "(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat"
Jika disimpulkan al-nafs al-wahidah ialah Adam, berarti Adam juga menjadi asal-usul kejadian hewan dan tumbuh-tumbuhan? ayat ini menggunakan bentuk nakirah/ indefinite "dari satu diri" (min nafsin), bukan dalam bentuk ma'rifah/ definite (min al-nafs), berarti menunjukkan kekhususan (yufid al-takhshish) lalu diperkuat (ta'kid) dengan kata "yang satu" (wahidah) sebagai shifat dari min nafsin.Semuanya ini menunjukkan kepada substansi utama (the first resource), yakni asal (unsur) kejadian Adam, bukan Adam-nya sendiri sebagai secondary resources.
Di samping itu,seandainya yang dimaksud pada kata nafs ialah Adam, mengapa tidak menggunakan kata wahidin dengan bentuk gender laki-laki (mudzakkar), tetapi yang digunakan kata wahidah dalam bentuk perempuan (mu'annats).Walaupun kita tahu bahwa kata nafs masuk kategori mu'annats sebagaimana beberapa ism 'alam lainnya tetapi dalam al-Qur'an sering dijumpai shifat itu menyalahi bentuk mawshuf-nya kemudian merujuk ke hakekat yang dishifati, jika yang dishifati itu hendak ditekankan oleh si Pembicara (Mukhathab)
Kata al-nafs al-wahidah dalam ayat itu boleh jadi suatu genus dan salah satu spesiesnya ialah Adam dan pasangannya (zawj-nya) ( QS al-A'raf/7 :189), sedangkan species lainnya ialah binatang dan pasangannya ( QS al-Syura/42 :11) serta tumbuh-tumbuhan dan pasangannya ( QS Thaha/20 :53).
Akhirnya QS al-Nisa'/4:1 di atas agaknya kurang relevan dijadikan dasar dalam menerangkan asal-usul kejadian manusia secara biologis, karena dilihat dari konteks (munasabah), ayat itu berbicara tentang tanggung jawab para wali terhadap orang di bawah perwaliannya. bahkan ada ayat-ayat lain lebih khusus berbicara tentang asal-usul kejadian, seperti asal-usul manusia dari "air"/al-ma' ( QS al-Furqan/25 :54), "air hina"/ma'in mahin ( QS al-Mursalat/77 :20), dan "air yang terpancar"/ma'in dafiq (QS al-Thariq/86:6), "darah"/'alaq (QS al-'Alaq/96:2), "saripati tanah"/sulalatin min thin (QS al-Mu'minun/23:12), "tanah liat yang kering"/shalshalin min hama'in mahan (QS al--Hijr/ 15:28), "tanah yang kering seperti tembikar"/shalshalin ka 'l-fakhkhar (QS al-Rahman/55:15), "dari tanah"/min thin (QS al-Sajdah/32:7), dan "diri yang satu" (nafs al-Wahidah (QS al-Nisa'/4: 1).
Akan tetapi asal-usul kejadian manusia masih perlu diteliti lebih lanjut, yang mana asal-usul dalam arti ciptaan awal dan mana asal-usul dalam arti ciptaan lanjutan.Ada kesulitan dalam memahami kisah asal-usul kejadian manusia dalam al-Qur'an karena ada loncatan atau semacam missing link dalam kisah-kisah tersebut. Al-Qur'an tidak menerangkan secara runtut dari awal sampai akhir tetapi melompat ditengah . Apa yang terjadi antara yang awal dan ditengah tidak dijelaskan. Al-Qur'an bercerita tentang asal-usul sumber manusia pertama dari "gen yang satu" (nafs al-wahidah), Gen yang melahirkan spesies makhluk biologis seperti jenis manusia, jenis binatang, dan jenis tumbuh-tumbuhan. Dalam komponen lain ayat-ayat berbicara tentang asal-usul manusia dalam konteks reproduksi, seperti pada QS al-Mu'minun/23:12-14. Ayat-ayat kejadian manusia dalam al-Qur'an tidak cukup kuat dijadikan alasan untuk menolak teori evolusi dan untuk hal ini masih perlu penelitian lebih lanjut.Terdapat beberapa ayat mengisyaratkan adanya makhluk sejenis manusia selain dan sebelum Adam;
(QS al-Baqarah/2:30)
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةًۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٣٠
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Penggunaan dlamir plural (khalaqa-kum) pada penciptaan manusia awal (QS al-A'raf/7:11).
وَلَقَدْ خَلَقْنٰكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنٰكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ لَمْ يَكُنْ مِّنَ السّٰجِدِيْنَ ١١
"Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan kamu, kemudian Kami membentuk (tubuh)-mu. Lalu, Kami katakan kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam.” Mereka pun sujud, tetapi Iblis (enggan). Ia tidak termasuk kelompok yang bersujud".
Ayat-ayat itu dapat dihubungkan dengan kemungkinan adanya makhluk sejenis Adam pra-Adam. Sementara banyak ayat mengisyaratkan manusia sebagai ciptaan yang unik.
Berangkat dari alasan diatas, ada pendekatan melalui penemuan sains bahwa leluhur mahluk hidup yang diketahui hingga saat ini ialah LUCA (last universal common ancestor) berbentuk sel tunggal yang memiliki kesamaan karakteristik dengan nafsin wahidah yang mana pasanganya berasal dari dirinya (QS An nisa’/4:1), atau membelah diri dalam ilmu biologi. Karena jika di artikan menjadi Adam yang membelah diri menjadi Pasanganya (Hawa) itu adalah hal yang tidak masuk akal.
Apa itu LUCA ?
Last universal common ancestor (LUCA) adalah moyang dari segala organisme yang diperkirakan hidup sekitar 3,6 hingga 4,1 miliar tahun silam yang menjadi cikal bakal semua bentuk kehidupan. LUCA bukanlah organisme pertama yang hidup di bumi, tetapi merupakan satu-satunya organisme pada masanya dengan keturunan yang masih bertahan hingga kini. LUCA dapat berwujud sebagai "organisme seluler yang memilki lapisan lipid dwilapis dan menggunakan DNA, RNA dan protein".
LUCA juga didefinisikan sebagai sebuah "organisme hipotetikal yang menjadi leluhur dari ketiga domain (kehidupan)". LUCA merupakan sebuah titik atau tahapan dimana ketiga domain kehidupan berpisah dari satu leluhur bersama sebelumnya (sekitar 3.5 - 3.8 miliar tahun lalu).
Semua wujud kehidupan yang mendahului perpisahan ini dan semua organisme di Bumi yang hidup setelahnya secara umum dianggap memiliki leluhur bersama yang sama.
Dengan tes statistika sebagai basis, teori Leluhur Universal Bersama didukung, mengalahkan hipotesa banyak leluhur (multiple-ancestry hypotheses). Leluhur Bersama universal pertama (first universal common ancestor, FUCA) adalah leluhur hipotetikal dari LUCA dan garis keturunan LUCA yang sudah punah, yang berwujud organisme non-seluler.Meski LUCA tidak memiliki bukti fosil spesifik, kemiripan biokimia yang detail dari semua kehidupan yang ada membuat keberadaannya mungkin. Karakteristiknya dapat simpulkan dari fitur-fitur yang dapat ditemukan pada genom di semua hewan yang hidup. Gen tersebut mendeskripsikan sebuah bentuk kehidupan kompleks dengan fitur yang beradaptasi bersama, seperti mekanisme transkripsi dan translasi untuk mengubah informasi dari DNA ke mRNA ke protein. Wujud kehidupan pertama ini kemungkinan hidup pada air beruhu tinggi didekat ventilasi hidrothermal didekat magma bawah laut (Weiss et al. 2016) sekitar 4 miliar tahun lalu.
Kebenaran Al Qur’an tentang misteri alam semesta ini,semakin memukau pakar sains dunia, mustahil berasal dari seorang manusia yang hidup belasan abad yang lampau jika tidak diberi petunjuk oleh Sang Khaliq, dari hal ini akhirnya menguatkan iman kita sebagai Muslim dan menggugah kita untuk mensuport generasi penerus untuk menggali ilmu pengetahuan setinggi mungkin, mengingat semua ilmu pengetauan baik agama, ilmu alam,ilmu sosial,ilmu formal,ilmu terapan, ilmu humaniora dan lain sebagainya adalah sesuatu yang sangat penting untuk diketahui, sehingga diharapkan dimasa mendatang Generasi muslim akan mampu membangkitkan kebali masa ke emasan Islam yang saat ini kian menurun. Wallahu A'lam
Posting Komentar