Oleh : Miftahul Huda
A. MITOS BANGSA SUMERIA TENTANG ASAL USUL MANUSIA
Terdapat mitos tentang awal penciptaan manusia pada bangsa
Sumeria di wilayah Mesopotamia (sekarang Irak). Cerita mitos tersebut
berkembang pada sekitar 4500 tahun lalu, jauh sebelum tiga agama samawi muncul
(Yahudi, Nasrani dan Islam).
Mitos dari bangsa Sumeria ini sempat membuat gaduh manakala
akan diproduksi menjadi sebuah film. Karena dikahwatirkan akan berpengaruh pada
pandangan mengenai keyakinan di beberapa pemeluk agama. Sempat beredar isue
bahwa film tersebut ditentang oleh penganut tiga agama samawi, sehingga
kemudian gagal produksi.
Miots bangsa Sumeria yang ditulis dalam huruf paku ditemukan
oleh para arkeolog, kemudian berhasil dibaca oleh George Smith, seorang
filolog berkebangsaan inggris 1872.
Sebenarnya banyak kisah dalam mitos tersebut, namun kita berfokus pada mitos penciptaan
awal manusia yang diceritakan.
![]() |
George Smith penerjemah tulisan huruf paku yang berisi Mitos bangsa Sumeria pada abad - 18 SM (Sumber : wikipedia) |
Sebagian sejarawan menduga bahwa, dari mitos bangsa Sumeria
tersebut kemduian berkembang menjadi
dasar kepercayaan bagi bangsa- bangsa lain di wilayah Mesopotamia
selanjutnya yakni ; Akadia, Babilonia
dan Asyiria dan seterusnya. Walaupun dalam masa masa berikutnya mitos tersebut
cenderung mengalami bias. Seperti pada nama tokoh dan variasi cerita, namun alur besarnya memiliki
kesamaan. Bahkan saat ini ada beberapa karya buku yang memberi tafsiran sesuai
konteks dan pemahaman yang lebih moderen. Misalnya Sitchin yang menterjemahkan
cerita tersebut berhubung kait dengan
kekuasan Alien yang ada di planet lain. Namun sekali lagi penafsiran tersebut
tidak didukung dengan data empirik.
Dalam mitos bangsa Sumeria awal menceritakan tentang
penciptaan manusia berasal dari tanah lempung (liat). Selanjutnya tanah liat
tersebut di campur dengan setetes darah salah satu dewa yang dikorbankan oleh
dewa langit bernama Annunaki. Perlu dipahami dalam kepercayaan masyarakat
Sumeria saat itu terdapat beberapa macam dewa sesuai tingkatannya. Dewa
tertinggi yang mereka yakini adalah dewa langit bernama Annunaki. Dimana Annunaki kerap diasumsikan dengan
kekuatan tertinggi yang membawahi dewa-dewa lain di bumi.
Tujuan penciptaan manusia dalam mitos tersebut diungkapkan
bahwa, sebelumnya para dewa yang diperintahkan Annunaki untuk bekerja di bumi
ini merasa bosan lalu berbuat onar dan kerusakan. Awalnya mereka tunduk dibawah
perintah Annunaki, namun merasa tidak puas akhirnya memberontak. Annunaki
akhirnya memusnahkan para dewa tersebut. Selanjutnya untuk menggantikannya,
Annunaki menciptakan manusia dari tanah lempung (tanah liat), yang dicampur
dengan setetes darah salah satu dewa yang dikorbankan. Dalam tradasi bangsa
Akadia (peradaban setelah sumeria), manusia pertama yang diciptakan diberi nama
Adamu. Istilah “Adamu” sendiri dalam bahasa ibrani merujuk pada tanah liat.
Selain penciptaan manusia dalam mitologi Sumeria, juga
terdapat kisah lain termasuk banjir besar yang pernah menenggelamkan bumi.
Dimana kisah ini juga terdapat dalam beberapa kitab suci agama samawi. Walupun
berbeda nama tokoh dalam mitos bangsa Sumeria, dengan nama-nama tokoh yang ada
dalam beberapa kitab suci, namun alur ceritanya tetap sama.
Fenomena tentang kemiripan mitos ini kurang lebih seperti
yang terjadi di Nusantara. Misalnya cerita tentang Batu belah batu betangkup
yang ada di Sambas (KALBAR), ceritanya mirip dengan cerita rakyat yang ada di
masyarakat Kayong. Kemudian cerita Putri Junjung Buih dalam tradisi masyarakat
Kayong dan Ketapang ( KALBAR), juga
mirip dengan cerita di Banjarmasin Kalimantan Selatan. Bahkan cerita legenda
tentang bawang merah dan bawang putih yang terkenal di Indonesia, juga memiliki
kemiripan dengan cerita dari negara lain yakni Cina dan Prancis.
Kembali pada asal usul kejadian manusia yang terungkap dari
mitos bangsa Sumeria juga memiliki kemiripan dengan 3 kisah dalam agama samawi.
Diduga terdapat hubungan peradaban yang saling tersambung dari zaman ke zaman.
Penjelasan lain mengapa terdapat kemiripan antara mitos bangsa Sumeria dengan
tiga agama samawi dapat dijelaskan secara logis. Dugaan kuat ini di dukung oleh
jejak sejarah dan peradaban awal yang lahir dari wilayah Mesopotamia, tepatnya
pertemuan antara sungai Eufrat dan Tigris (Sumeria, Akadia, Babilonia, Asyyiria).
Selanjutnya peradaban terus berkembang dan bertransformasi ke berbagai penjuru
dunia. Termasuk tiga agama sawi juga terlahir dari tempat tersebut. Selanjutnya
satu peradaban dengan peradaban lain akan saling mempengaruhi, ataupun terjadi asimilasi,
modifikasi, perubahan –perubahan, sesuai dengan situasi sosial dan politik pada
masanya.
B. TAFSIR MITOS BANGSA SUMERIA DAN PEMAHAMAN 3 AGAMA
SAMAWI
Dari mitos tentang penciptaan manusia oleh bangsa Sumeria
yang jauh sebelum adanya agama samawi ini menyadarkan sebagian kita, bahwa pada saat itu telah ada pemahaman untuk
menguak misteri alam semesta, salah satunya mengenai penciptaan manusia.
Walaupun pemahaman mereka pada saat itu menggunakan cerita berbau mistik yang
hari ini sulit untuk diterima oleh logika.
Namun pada saat itu dapat kita maklumi, bahwa ilmu
pengetahuan dimungkinkan masih minim, ruang untuk berfikir kritis dan logis
juga masih terbatas. Padahal cerita mitos yang dibangun dan disuguhkan berasal
dari sumber kekuasaan yang istana sentris. Akan tetapi karena kondisi yang
tidak memungkinkan maka dapat dimaklumi,
bahwa cerita yang dibangun tersebut dapat menjadi sebuah keyakinan
walaupun bersifat dogmatis.
Era sekarang realitas kehidupan berbeda, arus informasi yang
sangat melimpah membuat manusia begitu mudah untuk menemukan bermacam macam
informasi. Ruang dan waktu tak lagi menjadi penghalang untuk memtasi informasi,
sebab dunia sudah saling terkoneksi. Menghadapi hal ini kita mesti terbuka
dengan realitas yang ada. Rasanya sangat sulit untuk bertahan, jika hanya
bermodalkan percaya tanpa mencari jalan keluar untuk memahami lebih dalam
mengenai apa yang terjadi sesungguhnya.
Untuk itu diperlukan akal dan kebijaksanaan untuk mengambil
sikap tertentu, salah satunya adalah kritis untuk menuju pada pemahaman tingkat
lanjut yang mendalam. Tentunya sikap kritis dan logis juga tidak dengan
meningglkan keimanan. Justru dengan sikap yang kritis dapat menjadi pintu masuk
untuk memberikan pengetahuan dari sudut pandang lain, yang pada muaranya akan
membawa kemantapan dalam keimanan itu sendiri. Sebab Allah melewati nabi dan
rasul telah banyak memberikan petunjuk
atau tanda-tanda tentang kehidupan secara umum, baik melalui firman dan sabda sabda nabi sebagai
utusan.
Ibnu Rusyd salah seorang ahli filsafa Islam yang hidup pada
masa dinasti Abasyah terakhir berpendapat bahwa Wahyu dan akal seharunya tidak
saling bertentangan sebab keduanya bersumber dari Tuhan. Akal digunakan untuk
memahami wahyu dengan lebih mendalam, sedangkan wahyu yang akan menuntun
manusia mendekati kebenaran. Jika terdapat suatu ayat yang tampaknya
bertentangan dengan akal, maka harus dicari makna simbolik ataupun kiasnya.
Dalam kepercayaan 3 agama samawi, sepakat bahwa penciptaan
manusia pertama adalah Adam. Memang terdapat kemiripan dalam penciptaan manusia
dari mitos bangsa Sumeria yang berasal dari tanah dan diberi nama Adamu.
Mengenai mitos tersebut secara simbolik terlihat posisi dan hakekat Tuhan serta
malaikatnya terlihat jelas. Selanjutnya dalam ajarannya Tuhan mengajari manusia
untuk menyembah serta taat padanya. Selanjutnya ajaran tersebut diberikan
kepada Adam lalu mewariskannya pada generasi berikutnya hingga beribu-ribu
tahun lamanya. Dalam hal ini Adam bisa diinterpretasikan sebagai manusia yang
telah berperadaban maju yang berakal, berfikir dan layak menjadi khalifah. Dimungkinkan
telah ada Adam adam sebelumnya.
Diduga konsep ketuhanan telah ada bahkan sebelum bangsa
Sumeria menuliskannya dalam sebuah mitos. Namun dalam perkembangannya banyak
perubahan, tetapi konsep dasarnya tetap memiliki kesamaan. Hal ini dapat
terlihat dari linimasa perjalanan sejarah bangsa Sumeria beralih ke Akadia, Babilonia,
Asyyira dan seterusnya. Sebab terjadi hal ini karena interpretrasi terhadap
Tuhan bisa berubah ubah sesuai zamannya.
Hal ini tidak mengherankan juga bahwa tafsiran akan Tuhan
juga dapat berbeda dalam setiap individu manusia bahkanpun dalam satu
kepercayaan agama sekalipun. Misalkan hari ini kita melihat para agamawan
dengan pembawaan yang berbeda beda dalam praktek kesehariannya. Ada yang kerap
menggambarkan bahwa Tuhan itu serba pemberi hukuman, pemurka, dan seterusnya.
Namun ada yang menggambarkan bahwa Tuhan itu humanis, welas asih dan
sejenisnya. Padahal jika kembali pada konsep ketuhanan dalam 3 agamai samawi.
Bahwa sifat Tuhan itu maha segalanya. Artinya penggambaran manusia atas sifat
Tuhan tidak akan sama. Karena manusia dipengaruhi oleh pengalaman pribadi dan lingkungan.
Sehingga manusia cenderung subjektif dalam menggambarkan sesuatu. Padahal
apapun deskripsi tentang Tuhan jika ditelusuri secara mendalam tidak akan bisa
memberikan jawaban secara pasti. Sebab Tuhan adalah abstraksi terdalam dari
yang dalam dan tertinggi dari yang tertinggi.
Batas manusia dalam memahami tuhan dari zaman ke zaman cukup
beragam, mungkin saja sebelum bangsa Sumeria menemukan tulisan pengetahuan
tentang tuhan juga telah ada, bahkan lebih maju walaupun kehidupan mereka masih
sederhana. Justru dalam ksederhanaan yang sering menumbuhkan rasa hening dan
ketenangan manusia terkadang lebih peka dengan sesuatu yang berkaitan dengan
spritual. Dari ketenangan itu manusia bisa
lebih dalam untuk menyelam dalam perenungan - perenungan yang menuju pada
pemahaman ilahi. Hasil perenungan atas abstraksi dengan tuhan saat itu kemungkinan
tidak tertuliskan, ajarannya hanya ada dalam bentuk tindakan. Disamping itu
Pergumulan dengan alam membuat mereka
semakin tenggelam, sehingga tidak pernah terfikir untuk menulis dalam bentuk
kitab suci atau apapun.
Kebetulan pada masa itu budaya tulisan belum berkembang,
konsep tuhan hanya diajarkan melalui lisan, sehingga memungkinkan konsep asli
tidak dapat diketahui secara pasti. Hal ini tidak mengherankan, pada saat ini
dalam beberapa ajaran juga masih di jumpai beberapa kepercayaan yang tidak
memiliki kitab suci. Akan tetapi wujud ajaran mereka ada dan diamalkan dalam
kehidupan sehari hari. Mislanya pada beberapa penghayat kepercayaan yang ada di
Indonesia, rata-rata mereka tidak memiliki kitab suci yang baku. Walaupun dalam
perkembangannya telah ada beberapa penghayat kepercayaan yang menyusun ajaran
tersebut untuk dibukukan.
Kembali pada penciptaan manusia menurut mitos bangsa
Sumeria. Bisa saja hal tersebut adalah salah satu puzzel tentang kebenaran
sesungguhnya, namun telah terdistorsi. Kemungkinan konsepsi tentang tuhan telah
ada sebelumnya dengan nilai kebenaran yang masih asli. Namun dalam perjalanan
peradaban terjadi perubahan- perubahan bahkan penyimpangan. Akhirnya informasi
yang mengandung kebenaran sesungguhnya menjadi kabur. Sehingga cerita mitos
yang awalnya hanya menjadi tradisi lisan pada akhirnya justru berkembang dan terlanjur menjadi
keyakinan.
Dalam kata lain kemungkinan mitos tentang dewa Annunaki yang
menciptakan manusia, adalah bentuk bentuk perubahan dari realitas yang ada
sebelumnya. Lagi-lagi walau perubahan itu terjadi namun jejak dalam konsep dasarnya masih terekam
dengan jelas. Ini tidak mengherankan dalam pendekatan sejarah, mitos juga
sering digunakan sebagai petunjuk untuk mendekati kebenaran.
Misalnya di daerah Kayong Utara (Kalimantan Barat), dulu
terdapat sejarah kerajaan Tanjungpura yang menjadi cikal bakal
kerajaan-kerajaan lain di Kalimantan Barat. Di daerah ini juga terdapat banyak mitos yang berkembang,
namun dari beberapa mitos tersebut dapat memberikan petunjuk pada peristiwa
sejarah yang sesungguhnya.
Semisal mitos tentang pangeran Sidang Panape yang dikenal
sakti mandraguna. Ia tinggal di Gunung Lalang,
dimana sosok pangeran ini digambarkan bak super hero ia tidak mempan
senjata apapun, bahkan tubuhnya ditembak dengan meriam besar dengan cara di
dekatkanpun tidak mempan. Legenda pangeran Sidang Panape ini cukup terkenal
walaupun sebenarnya sulit diteriam akal sehat. Namun setelah ditelusuri,
ternyata dalam temuan arkeologi dan artefak , terkuat fakta lain dan hasilnya mengejutkan.
Namun cerita Pangeran Sidang Panep terlanjur sudah mengakar, ketika fakta
seusngguhnya terungkap tentu terjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat.
Kembali pada peradaban bangsa Sumeria, yang saat itu telah
menemukan tulisan yakni huruf paku.
Diduga pada saat itu para penguasa menginisisasi penulisan dari mitos
yang berkembang tersebut. Walaupun dalam perjalannya juga digunakan untuk kepentingan
kekuasaan, sebab bumbu cerita dalam mitos tersebut beraroma istana sentries,
dimana beberapa raja kemudian menisbatkan dirinya sebagai utusan Annunaki. Hal
ini dapat diartikan bahwa sang raja juga memanfaatkan keyakinan tersebut untuk
melegitimasi kekuasaan.
Diduga dalam perkembangan perjalanan peradaban manusia
selanjutnya, terutama ketika sampai pada tiga agama samawi yang dikenal dengan
nabi-nabi dan rasul. Mereka diutus kembali untuk menyampaikan kepada umat
manusia melalui pancaran wahyu ilahi, guna meluruskan pemahaman manusia terkait
konsep tuhan yang telah terjadi distorsi pada periode sebelumnya. Orang-orang
yang beragama samawi paham dan sepakat, dalam sejarahnya bahwa Nabi Ibrahimlah
yang meletakkan kembali konsep dasar ketuhanan melalui penyembahan pada tuhan
yang Esa (monotheisme).
Dimungkinkan karena pada masa Ibrahim budaya menulis telah
berkembang, sehingga konsep ketuhanan lebih kuat bertahan. Walaupun mungkin
tulisan-tulisan yang ada masih terpisah dalam berbagai bentuk yang
terpisah-pisah. Namun setidaknya telah terdokumentasi dan terdistribusi dari
zaman ke zaman, sebab tulisan akan bertahan lebih lama, dibanding tradisi lisan
yang cenderung bias.
Maka dimungkinkan mitos tentang Annunaki adalah bentuk cerita yang menggambarkan
perubahan dari konsep ketuhanan sebelumnya. Perubahan akibat berjalannya waktu
dan pemikiran, sehingga ada benang merah yang terputus, selanjutnya manusia
membuat tafsiran- tafsiran baru sesui zamannya. Kebetulan saja bangsa sumeria
saat itu menulisnya, padahal bisa saja ajaran yang sebelum itu masih dalam bentuk tradisi lisan,
sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa hingga saat ini juga masih ada
beberapa kepercayaan yang tidak menuliskan ajarannya dalam sebuah kitab suci.
Jika kita memiliki pemahaman agama yang kritis, sesungguhnya
keimanan tidak akan goyah hanya dengan mendengar sebuah cerita mitos. Justru
dengan mitos tersebut dapat memberikan petunjuk mengenai kebenaran yang
sesungguhnya untuk kita dekati. Maka penelusuran terhadap berbagai pengetahuan
dapat kita lihat jejaknya melalui kajian
sejarah, kebudayaan, dan cabang ilmu yang berkaitan lainnya. Termasuk bagaimana
kemiripan cerita dalam mitos bangsa Sumeria dan 3 agama samawi tentang penciptaan
manusia mestinya menuntun kita untuk menggali makna terdalam dari kisah tersebut.
Selanjutnya hal tersebut diatas menuntut kita untuk mencari
tau melalui cabang ilmu pengetahuan yang lain, yakni sains. Namun bahwa kitab
suci telah memberikan petunjuk awal, walau tidak secara rinci akan tetapi hal
tersebut yang memancing keingin tahuan manusia untuk mengetahui bagaimana
proses secara rinci. Sebab dalam kitab suci sendiri banyak petunjuk yang
diberikan berupa metafora. Hal ini linier apa yang dikatakan ibnu Rusyd bahwa
wahyu adalah petunjuk untuk menuntun akal memahami kebenaran mendalam
dibaliknya.
Sampai disini dulu ulasan soal mitos asal usul manusia
menurut mitologi bangsa Sumeria dan kesamaanya dengan 3 agama samawi. Ulasan
ini saya himpun dari pengetahuan yang saya baca dan ketahui, sisanya adalah
refleksi dan penafsiran saya sebagai hamba yang dhaif dan penuh kefakiran akan
ilmu dan pengetahuan yang tak terbatas.
Wallahu a'llam bishhowab.
Sumber Referensi :
https://www.britishmuseum.org/collection/object/W_1889-0426-236?selectedImageId=510216001
https://faculty.gvsu.edu/websterm/Atrahasi.htm
https://www.encyclopedia.com/environment/encyclopedias-almanacs-transcripts-and-maps/atrahasis
https://countercurrents.org/2024/07/reason-and-revelation-in-harmony-or-conflict-ibn-rushd-and-al-ghazali/
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Mr._George_Smith,_the_man_who_transliterated_and_read_the_so-called_the_Babylonian_Flood_Story_of_Tablet_XI.jpg
https://etindonesia.com/2024/01/02/enki-dan-enlil-sejarah-terlarang-asal-usul-umat-manusia/
Jika seseorang bersikap rasional, mereka akan mempertimbangkan fakta yang ada sebelum membentuk atau mengubah opini mereka. Jika ada fakta baru yang bertentangan dengan opini mereka, mereka seharusnya bersedia untuk mempertimbangkan kembali opini tersebut.
BalasHapus📖 Ricky Gervais
Posting Komentar