KITAB SUCI DAN DONGENG PENCIPTAAN MANUSIA YANG BISA MENGGOYANG KEIMANAN

 

Inskripsi yang berisi mengenai awal penciptaan manusia pada mitologi bangsa Sumeria pada abad -18 SM / sekitar 4500 tahun lalu, kisah ini mirip dengan beberapa kisah yang ada di 3 kitab agama Samawi ( tengah ), Miftahul Huda penulis artikel ( kanan)  
Sumber gambar Musium inggris : 
https://www.britishmuseum.org

KITAB SUCI  DAN DONGENG PENCIPTAAN MANUSIA YANG DAPAT MENGGOYANG KEIMANAN

Oleh : Miftahul Huda


 Mengapa cerita di Al-qur`an bahkan tiga agama samawi tentang penciptaan manusia mirip dengan mitos bangsa Sumeria yang berusia lebih dari 4000 tahun ?, ini sempat membuat gaduh sebagian umat ketiga agama, terutama ketika tahun 2016 akan rilis sebuah film yang menceritakan mitos tersebut dengan bumbu fiksi makhluk luar angkasa. Tulisan ini akan mencoba untuk mengurai fenomena tersebut dengan tafsir perjalanan sejarah dan budaya. Selamat menyelami !

 

A. MITOS BANGSA SUMERIA TENTANG ASAL USUL MANUSIA

 

Terdapat mitos tentang awal penciptaan manusia pada bangsa Sumeria di wilayah Mesopotamia (sekarang Irak). Cerita mitos tersebut berkembang pada sekitar 4500 tahun lalu, jauh sebelum tiga agama samawi muncul (Yahudi, Nasrani dan Islam).

 

Mitos dari bangsa Sumeria ini sempat membuat gaduh manakala akan diproduksi menjadi sebuah film. Karena dikahwatirkan akan berpengaruh pada pandangan mengenai keyakinan di beberapa pemeluk agama. Sempat beredar isue bahwa film tersebut ditentang oleh penganut tiga agama samawi, sehingga kemudian gagal produksi.

 

Miots bangsa Sumeria yang ditulis dalam huruf paku ditemukan oleh para arkeolog, kemudian berhasil dibaca oleh George Smith, seorang filolog  berkebangsaan inggris 1872. Sebenarnya banyak kisah dalam mitos tersebut, namun kita berfokus pada mitos penciptaan awal manusia yang diceritakan. 

 

George Smith penerjemah tulisan huruf paku yang berisi Mitos bangsa Sumeria pada abad - 18 SM (Sumber : wikipedia)

Sebagian sejarawan menduga bahwa, dari mitos bangsa Sumeria tersebut kemduian berkembang  menjadi dasar kepercayaan bagi bangsa- bangsa lain di wilayah Mesopotamia selanjutnya  yakni ; Akadia, Babilonia dan Asyiria dan seterusnya. Walaupun dalam masa masa berikutnya mitos tersebut cenderung mengalami bias. Seperti pada nama tokoh dan variasi  cerita, namun alur besarnya memiliki kesamaan. Bahkan saat ini ada beberapa karya buku yang memberi tafsiran sesuai konteks dan pemahaman yang lebih moderen. Misalnya Sitchin yang menterjemahkan cerita tersebut berhubung kait  dengan kekuasan Alien yang ada di planet lain. Namun sekali lagi penafsiran tersebut tidak didukung dengan data empirik.  

 

Dalam mitos bangsa Sumeria awal menceritakan tentang penciptaan manusia berasal dari tanah lempung (liat). Selanjutnya tanah liat tersebut di campur dengan setetes darah salah satu dewa yang dikorbankan oleh dewa langit bernama Annunaki. Perlu dipahami dalam kepercayaan masyarakat Sumeria saat itu terdapat beberapa macam dewa sesuai tingkatannya. Dewa tertinggi yang mereka yakini adalah dewa langit bernama Annunaki.  Dimana Annunaki kerap diasumsikan dengan kekuatan tertinggi yang membawahi dewa-dewa lain di bumi. 

 

Tujuan penciptaan manusia dalam mitos tersebut diungkapkan bahwa, sebelumnya para dewa yang diperintahkan Annunaki untuk bekerja di bumi ini merasa bosan lalu berbuat onar dan kerusakan. Awalnya mereka tunduk dibawah perintah Annunaki, namun merasa tidak puas akhirnya memberontak. Annunaki akhirnya memusnahkan para dewa tersebut. Selanjutnya untuk menggantikannya, Annunaki menciptakan manusia dari tanah lempung (tanah liat), yang dicampur dengan setetes darah salah satu dewa yang dikorbankan. Dalam tradasi bangsa Akadia (peradaban setelah sumeria), manusia pertama yang diciptakan diberi nama Adamu. Istilah “Adamu” sendiri dalam bahasa ibrani merujuk pada tanah liat.

 

Selain penciptaan manusia dalam mitologi Sumeria, juga terdapat kisah lain termasuk banjir besar yang pernah menenggelamkan bumi. Dimana kisah ini juga terdapat dalam beberapa kitab suci agama samawi. Walupun berbeda nama tokoh dalam mitos bangsa Sumeria, dengan nama-nama tokoh yang ada dalam beberapa kitab suci, namun alur ceritanya tetap sama.

 

Fenomena tentang kemiripan mitos ini kurang lebih seperti yang terjadi di Nusantara. Misalnya cerita tentang Batu belah batu betangkup yang ada di Sambas (KALBAR), ceritanya mirip dengan cerita rakyat yang ada di masyarakat Kayong. Kemudian cerita Putri Junjung Buih dalam tradisi masyarakat Kayong  dan Ketapang ( KALBAR), juga mirip dengan cerita di Banjarmasin Kalimantan Selatan. Bahkan cerita legenda tentang bawang merah dan bawang putih yang terkenal di Indonesia, juga memiliki kemiripan dengan cerita dari negara lain yakni Cina dan Prancis. 

 

Kembali pada asal usul kejadian manusia yang terungkap dari mitos bangsa Sumeria juga memiliki kemiripan dengan 3 kisah dalam agama samawi. Diduga terdapat hubungan peradaban yang saling tersambung dari zaman ke zaman. Penjelasan lain mengapa terdapat kemiripan antara mitos bangsa Sumeria dengan tiga agama samawi dapat dijelaskan secara logis. Dugaan kuat ini di dukung oleh jejak sejarah dan peradaban awal yang lahir dari wilayah Mesopotamia, tepatnya pertemuan antara sungai Eufrat dan Tigris (Sumeria, Akadia, Babilonia, Asyyiria). Selanjutnya peradaban terus berkembang dan bertransformasi ke berbagai penjuru dunia. Termasuk tiga agama sawi juga terlahir dari tempat tersebut. Selanjutnya satu peradaban dengan peradaban lain akan saling mempengaruhi, ataupun terjadi asimilasi, modifikasi, perubahan –perubahan, sesuai dengan situasi sosial dan politik pada masanya.

 

B. TAFSIR MITOS BANGSA SUMERIA DAN PEMAHAMAN 3 AGAMA SAMAWI 

 

Dari mitos tentang penciptaan manusia oleh bangsa Sumeria yang jauh sebelum adanya agama samawi ini menyadarkan sebagian kita,  bahwa pada saat itu telah ada pemahaman untuk menguak misteri alam semesta, salah satunya mengenai penciptaan manusia. Walaupun pemahaman mereka pada saat itu menggunakan cerita berbau mistik yang hari ini sulit untuk diterima oleh logika.

 

Namun pada saat itu dapat kita maklumi, bahwa ilmu pengetahuan dimungkinkan masih minim, ruang untuk berfikir kritis dan logis juga masih terbatas. Padahal cerita mitos yang dibangun dan disuguhkan berasal dari sumber kekuasaan yang istana sentris. Akan tetapi karena kondisi yang tidak memungkinkan maka dapat dimaklumi,  bahwa cerita yang dibangun tersebut dapat menjadi sebuah keyakinan walaupun bersifat dogmatis.

 

Era sekarang realitas kehidupan berbeda, arus informasi yang sangat melimpah membuat manusia begitu mudah untuk menemukan bermacam macam informasi. Ruang dan waktu tak lagi menjadi penghalang untuk memtasi informasi, sebab dunia sudah saling terkoneksi. Menghadapi hal ini kita mesti terbuka dengan realitas yang ada. Rasanya sangat sulit untuk bertahan, jika hanya bermodalkan percaya tanpa mencari jalan keluar untuk memahami lebih dalam mengenai apa yang terjadi sesungguhnya.

 

Untuk itu diperlukan akal dan kebijaksanaan untuk mengambil sikap tertentu, salah satunya adalah kritis untuk menuju pada pemahaman tingkat lanjut yang mendalam. Tentunya sikap kritis dan logis juga tidak dengan meningglkan keimanan. Justru dengan sikap yang kritis dapat menjadi pintu masuk untuk memberikan pengetahuan dari sudut pandang lain, yang pada muaranya akan membawa kemantapan dalam keimanan itu sendiri. Sebab Allah melewati nabi dan rasul telah banyak memberikan petunjuk  atau tanda-tanda tentang kehidupan secara umum, baik  melalui firman dan sabda sabda nabi sebagai utusan.

 

Ibnu Rusyd salah seorang ahli filsafa Islam yang hidup pada masa dinasti Abasyah terakhir berpendapat bahwa Wahyu dan akal seharunya tidak saling bertentangan sebab keduanya bersumber dari Tuhan. Akal digunakan untuk memahami wahyu dengan lebih mendalam, sedangkan wahyu yang akan menuntun manusia mendekati kebenaran. Jika terdapat suatu ayat yang tampaknya bertentangan dengan akal, maka harus dicari makna simbolik ataupun kiasnya.

 

Dalam kepercayaan 3 agama samawi, sepakat bahwa penciptaan manusia pertama adalah Adam. Memang terdapat kemiripan dalam penciptaan manusia dari mitos bangsa Sumeria yang berasal dari tanah dan diberi nama Adamu. Mengenai mitos tersebut secara simbolik terlihat posisi dan hakekat Tuhan serta malaikatnya terlihat jelas. Selanjutnya dalam ajarannya Tuhan mengajari manusia untuk menyembah serta taat padanya. Selanjutnya ajaran tersebut diberikan kepada Adam lalu mewariskannya pada generasi berikutnya hingga beribu-ribu tahun lamanya. Dalam hal ini Adam bisa diinterpretasikan sebagai manusia yang telah berperadaban maju yang berakal, berfikir dan layak menjadi khalifah. Dimungkinkan telah ada Adam adam sebelumnya.

 

Diduga konsep ketuhanan telah ada bahkan sebelum bangsa Sumeria menuliskannya dalam sebuah mitos. Namun dalam perkembangannya banyak perubahan, tetapi konsep dasarnya tetap memiliki kesamaan. Hal ini dapat terlihat dari linimasa perjalanan sejarah bangsa Sumeria beralih ke Akadia, Babilonia, Asyyira dan seterusnya. Sebab terjadi hal ini karena interpretrasi terhadap Tuhan bisa berubah ubah sesuai zamannya.

 

Hal ini tidak mengherankan juga bahwa tafsiran akan Tuhan juga dapat berbeda dalam setiap individu manusia bahkanpun dalam satu kepercayaan agama sekalipun. Misalkan hari ini kita melihat para agamawan dengan pembawaan yang berbeda beda dalam praktek kesehariannya. Ada yang kerap menggambarkan bahwa Tuhan itu serba pemberi hukuman, pemurka, dan seterusnya. Namun ada yang menggambarkan bahwa Tuhan itu humanis, welas asih dan sejenisnya. Padahal jika kembali pada konsep ketuhanan dalam 3 agamai samawi. Bahwa sifat Tuhan itu maha segalanya. Artinya penggambaran manusia atas sifat Tuhan tidak akan sama. Karena manusia dipengaruhi oleh pengalaman pribadi dan lingkungan. Sehingga manusia cenderung subjektif dalam menggambarkan sesuatu. Padahal apapun deskripsi tentang Tuhan jika ditelusuri secara mendalam tidak akan bisa memberikan jawaban secara pasti. Sebab Tuhan adalah abstraksi terdalam dari yang dalam dan tertinggi dari yang tertinggi.

 

Batas manusia dalam memahami tuhan dari zaman ke zaman cukup beragam, mungkin saja sebelum bangsa Sumeria menemukan tulisan pengetahuan tentang tuhan juga telah ada, bahkan lebih maju walaupun kehidupan mereka masih sederhana. Justru dalam ksederhanaan yang sering menumbuhkan rasa hening dan ketenangan manusia terkadang lebih peka dengan sesuatu yang berkaitan dengan spritual.  Dari ketenangan itu manusia bisa lebih dalam untuk menyelam dalam perenungan - perenungan yang menuju pada pemahaman ilahi. Hasil perenungan atas abstraksi dengan tuhan saat itu kemungkinan tidak tertuliskan, ajarannya hanya ada dalam bentuk tindakan. Disamping itu Pergumulan dengan alam  membuat mereka semakin tenggelam, sehingga tidak pernah terfikir untuk menulis dalam bentuk kitab suci atau apapun.

Kebetulan pada masa itu budaya tulisan belum berkembang, konsep tuhan hanya diajarkan melalui lisan, sehingga memungkinkan konsep asli tidak dapat diketahui secara pasti. Hal ini tidak mengherankan, pada saat ini dalam beberapa ajaran juga masih di jumpai beberapa kepercayaan yang tidak memiliki kitab suci. Akan tetapi wujud ajaran mereka ada dan diamalkan dalam kehidupan sehari hari. Mislanya pada beberapa penghayat kepercayaan yang ada di Indonesia, rata-rata mereka tidak memiliki kitab suci yang baku. Walaupun dalam perkembangannya telah ada beberapa penghayat kepercayaan yang menyusun ajaran tersebut untuk dibukukan.

 

Kembali pada penciptaan manusia menurut mitos bangsa Sumeria. Bisa saja hal tersebut adalah salah satu puzzel tentang kebenaran sesungguhnya, namun telah terdistorsi. Kemungkinan konsepsi tentang tuhan telah ada sebelumnya dengan nilai kebenaran yang masih asli. Namun dalam perjalanan peradaban terjadi perubahan- perubahan bahkan penyimpangan. Akhirnya informasi yang mengandung kebenaran sesungguhnya menjadi kabur. Sehingga cerita mitos yang awalnya hanya menjadi tradisi lisan pada akhirnya  justru berkembang dan terlanjur menjadi keyakinan.

 

Dalam kata lain kemungkinan mitos tentang dewa Annunaki yang menciptakan manusia, adalah bentuk bentuk perubahan dari realitas yang ada sebelumnya. Lagi-lagi walau perubahan itu terjadi namun  jejak dalam konsep dasarnya masih terekam dengan jelas. Ini tidak mengherankan dalam pendekatan sejarah, mitos juga sering digunakan sebagai petunjuk untuk mendekati kebenaran.

 

Misalnya di daerah Kayong Utara (Kalimantan Barat), dulu terdapat sejarah kerajaan Tanjungpura yang menjadi cikal bakal kerajaan-kerajaan lain di Kalimantan Barat. Di daerah ini  juga terdapat banyak mitos yang berkembang, namun dari beberapa mitos tersebut dapat memberikan petunjuk pada peristiwa sejarah yang sesungguhnya.

 

Semisal mitos tentang pangeran Sidang Panape yang dikenal sakti mandraguna. Ia tinggal di Gunung Lalang,  dimana sosok pangeran ini digambarkan bak super hero ia tidak mempan senjata apapun, bahkan tubuhnya ditembak dengan meriam besar dengan cara di dekatkanpun tidak mempan. Legenda pangeran Sidang Panape ini cukup terkenal walaupun sebenarnya sulit diteriam akal sehat. Namun setelah ditelusuri, ternyata dalam temuan arkeologi dan artefak , terkuat fakta lain dan hasilnya mengejutkan. Namun cerita Pangeran Sidang Panep terlanjur sudah mengakar, ketika fakta seusngguhnya terungkap tentu terjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat.

 

Kembali pada peradaban bangsa Sumeria, yang saat itu telah menemukan tulisan yakni huruf paku.  Diduga pada saat itu para penguasa menginisisasi penulisan dari mitos yang berkembang tersebut. Walaupun dalam perjalannya juga digunakan untuk kepentingan kekuasaan, sebab bumbu cerita dalam mitos tersebut beraroma istana sentries, dimana beberapa raja kemudian menisbatkan dirinya sebagai utusan Annunaki. Hal ini dapat diartikan bahwa sang raja juga memanfaatkan keyakinan tersebut untuk melegitimasi kekuasaan.

 

Diduga dalam perkembangan perjalanan peradaban manusia selanjutnya, terutama ketika sampai pada tiga agama samawi yang dikenal dengan nabi-nabi dan rasul. Mereka diutus kembali untuk menyampaikan kepada umat manusia melalui pancaran wahyu ilahi, guna meluruskan pemahaman manusia terkait konsep tuhan yang telah terjadi distorsi pada periode sebelumnya. Orang-orang yang beragama samawi paham dan sepakat, dalam sejarahnya bahwa Nabi Ibrahimlah yang meletakkan kembali konsep dasar ketuhanan melalui penyembahan pada tuhan yang Esa (monotheisme).  

 

Dimungkinkan karena pada masa Ibrahim budaya menulis telah berkembang, sehingga konsep ketuhanan lebih kuat bertahan. Walaupun mungkin tulisan-tulisan yang ada masih terpisah dalam berbagai bentuk yang terpisah-pisah. Namun setidaknya telah terdokumentasi dan terdistribusi dari zaman ke zaman, sebab tulisan akan bertahan lebih lama, dibanding tradisi lisan yang cenderung bias.

 

Maka dimungkinkan mitos tentang Annunaki  adalah bentuk cerita yang menggambarkan perubahan dari konsep ketuhanan sebelumnya. Perubahan akibat berjalannya waktu dan pemikiran, sehingga ada benang merah yang terputus, selanjutnya manusia membuat tafsiran- tafsiran baru sesui zamannya. Kebetulan saja bangsa sumeria saat itu menulisnya, padahal bisa saja ajaran yang  sebelum itu masih dalam bentuk tradisi lisan, sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa hingga saat ini juga masih ada beberapa kepercayaan yang tidak menuliskan ajarannya dalam sebuah kitab suci.

 

Jika kita memiliki pemahaman agama yang kritis, sesungguhnya keimanan tidak akan goyah hanya dengan mendengar sebuah cerita mitos. Justru dengan mitos tersebut dapat memberikan petunjuk mengenai kebenaran yang sesungguhnya untuk kita dekati. Maka penelusuran terhadap berbagai pengetahuan dapat kita lihat  jejaknya melalui kajian sejarah, kebudayaan, dan cabang ilmu yang berkaitan lainnya. Termasuk bagaimana kemiripan cerita dalam mitos bangsa Sumeria dan 3 agama samawi tentang penciptaan manusia mestinya menuntun kita untuk menggali makna terdalam dari kisah tersebut.

Selanjutnya hal tersebut diatas menuntut kita untuk mencari tau melalui cabang ilmu pengetahuan yang lain, yakni sains. Namun bahwa kitab suci telah memberikan petunjuk awal, walau tidak secara rinci akan tetapi hal tersebut yang memancing keingin tahuan manusia untuk mengetahui bagaimana proses secara rinci. Sebab dalam kitab suci sendiri banyak petunjuk yang diberikan berupa metafora. Hal ini linier apa yang dikatakan ibnu Rusyd bahwa wahyu adalah petunjuk untuk menuntun akal memahami kebenaran mendalam dibaliknya.

 

Sampai disini dulu ulasan soal mitos asal usul manusia menurut mitologi bangsa Sumeria dan kesamaanya dengan 3 agama samawi. Ulasan ini saya himpun dari pengetahuan yang saya baca dan ketahui, sisanya adalah refleksi dan penafsiran saya sebagai hamba yang dhaif dan penuh kefakiran akan ilmu dan pengetahuan yang tak terbatas.

Wallahu a'llam bishhowab.  

 

Sumber Referensi :

https://www.britishmuseum.org/collection/object/W_1889-0426-236?selectedImageId=510216001 

https://faculty.gvsu.edu/websterm/Atrahasi.htm

https://www.encyclopedia.com/environment/encyclopedias-almanacs-transcripts-and-maps/atrahasis

https://countercurrents.org/2024/07/reason-and-revelation-in-harmony-or-conflict-ibn-rushd-and-al-ghazali/

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Mr._George_Smith,_the_man_who_transliterated_and_read_the_so-called_the_Babylonian_Flood_Story_of_Tablet_XI.jpg

https://etindonesia.com/2024/01/02/enki-dan-enlil-sejarah-terlarang-asal-usul-umat-manusia/

1 Komentar

  1. Jika seseorang bersikap rasional, mereka akan mempertimbangkan fakta yang ada sebelum membentuk atau mengubah opini mereka. Jika ada fakta baru yang bertentangan dengan opini mereka, mereka seharusnya bersedia untuk mempertimbangkan kembali opini tersebut.

    📖 Ricky Gervais


    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama