![]() |
Photo Gus Ra'uf dan Agus Rustam |
Puasa merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan dalam agama Islam, tepatnya pada bulan Ramadan. Ibadah ini memiliki makna yang sangat dalam, tidak hanya sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT, tetapi juga sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas pribadi, baik dalam aspek spiritual maupun sosial. Dalam konteks sosial, puasa mengajarkan umat Islam untuk menahan diri, berbagi dengan sesama, serta mempererat hubungan sosial antar individu maupun kelompok masyarakat. Oleh karena itu, puasa tidak hanya berdampak pada aspek individu, tetapi juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku sosial umat Islam di masyarakat.
Ibadah puasa, yang dilaksanakan dengan menahan diri dari makan, minum, serta hawa nafsu lainnya dari fajar hingga maghrib, memiliki banyak implikasi positif dan mendorong terhadap perubahan prilaku sosial. Manifestasi Ibadah Puasa dan implementasi positif terhadapa prilaku dapat diindikasikan antara lain :
Pertama, Peningkatan Solidaritas Sosial. Salah satu dampak utama dari ibadah puasa terhadap perilaku sosial adalah meningkatnya rasa solidaritas dan empati terhadap sesama. Ketika umat Islam merasakan lapar dan dahaga, mereka menjadi lebih peka terhadap kesulitan yang dialami oleh orang lain, memberikan kesadaran tentang pentingnya merasakan penderitaan orang lain terutama mereka yang kurang mampu. Hal ini mendorong mereka untuk lebih banyak berbagi, baik berupa makanan maupun bantuan finansial, seperti melalui zakat, infaq, dan sedekah. Kegiatan sosial seperti berbuka puasa bersama juga semakin banyak dilakukan di masyarakat, menciptakan ikatan sosial yang lebih kuat.
Kedua, Penguatan Tali Silaturahmi. Bulan Ramadan memupuk semangat kebersamaan, baik dalam keluarga maupun komunitas. Ramadan menjadi momentum bagi umat Islam untuk mempererat hubungan dengan keluarga, teman, dan masyarakat. Buka puasa bersama, salat tarawih berjamaah, serta kegiatan sosial lainnya menjadikan bulan Ramadan sebagai waktu yang tepat untuk menjaga dan mempererat tali silaturahmi. Masyarakat lebih banyak berinteraksi, baik dalam konteks keluarga maupun komunitas yang lebih luas.
Ketiga, Perubahan Perilaku Sosial Positif. Ibadah puasa mendorong umat Islam untuk mengendalikan perilaku dan emosi mereka. Dalam kondisi berpuasa, seseorang diharapkan dapat mengurangi perilaku negatif seperti marah, mengumpat, dan bertengkar. Selain itu, puasa juga mengajarkan untuk lebih sabar, rendah hati, dan menjaga hubungan baik dengan sesama. Hal ini tentunya berperan besar dalam terciptanya masyarakat yang lebih harmonis dan damai, berkontribusi pada terciptanya tatanan sosial yang harmonis dan saling menghormati, toleransi, dan saling menjunjung tinggi martabat kemanusiaan tanpa diskriminasi.
Keempat, Kebersamaan dalam Berbagi. Kegiatan berbagi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari puasa, baik dalam bentuk makanan, pakaian dan harta lainnya. Masyarakat yang melaksanakan puasa, khususnya di bulan Ramadan, lebih sering mengadakan kegiatan berbagi, seperti membagikan takjil untuk berbuka puasa, memberikan zakat fitrah, dan berbagi rezeki dengan yang membutuhkan. Hal ini mendorong terciptanya kebersamaan dan kepedulian sosial yang lebih tinggi di kalangan masyarakat.
Pemahaman yang mendalam tentang tujuan dan makna atau subtansi puasa sangat memengaruhi kualitas ibadah dan dampaknya terhadap perilaku sosial. Semakin baik dan sejauh mana pemahaman mendalam seseorang terhadap subtansi ajaran ajaran agama, maka akan semakin besar pula kesadaran sosial yang ditumbuhkan.
(Gus Ra'uf Arrahbini Wakil Ketua PCNU Kayong Utara)
Hal ini sejalan dengan tujuan puasa yang sebenarnya, yaitu untuk meningkatkan ketakwaan dan kesadaran sosial✍️👉❤
BalasHapusSiap.. sohih
HapusPosting Komentar