Menjaga Keseimbangan Antara Berpijak pada Tradisi dan Mengikuti Doktrin

 

Photo Gus Ra'uf Arrahbini 


(Gus Ra'uf Arrahbini Wakil Ketua PCNU Kayong Utara)


Di tengah arus perubahan zaman yang begitu cepat, banyak individu atau kelompok yang dihadapkan pada dilema antara berpijak pada tradisi atau mengikuti doktrin yang dianggap benar. Kedua hal ini sering kali saling berhubungan, namun juga memiliki karakteristik yang berbeda. Memahami antara keduanya sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dan terarah, baik dalam konteks sosial, budaya, maupun agama.


Tradisi: Mengakar dalam Budaya dan Sejarah


Tradisi dapat dipahami sebagai warisan budaya yang diteruskan dari generasi ke generasi. Ia merupakan cerminan dari cara hidup, nilai, dan norma yang telah terbentuk sepanjang sejarah dalam suatu kelompok masyarakat atau bangsa. Tradisi sering kali berfungsi sebagai penjaga identitas, memperkuat ikatan sosial, dan menciptakan rasa kebersamaan dalam suatu komunitas.


Berpijak pada tradisi berarti mempertahankan cara-cara yang telah ada, bahkan jika zaman terus berkembang. Dalam konteks ini, nilai-nilai yang diwariskan dianggap sebagai kebenaran yang tak boleh ditinggalkan begitu saja. Banyak orang merasa bahwa dengan memegang teguh tradisi, mereka akan tetap terhubung dengan akar sejarah dan identitas budaya mereka.


Namun, tradisi juga bisa menjadi sebuah tantangan dalam menghadapi perubahan zaman. Terkadang, dalam beberapa aspek, tradisi bisa menjadi penghalang untuk kemajuan jika tidak bisa diadaptasi dengan baik. Di sisi lain, tradisi yang telah ada selama berabad-abad memberikan rasa stabilitas dan kepercayaan bagi masyarakat.


Doktrin: Landasan dan Pedoman yang Kuat


Doktrin, di sisi lain, lebih merujuk pada ajaran atau sistem keyakinan yang diterima secara formal, sering kali bersifat lebih terstruktur dan sistematis. Dalam konteks agama, doktrin merujuk pada ajaran dasar yang dianggap sebagai kebenaran mutlak dan harus diikuti oleh penganutnya. Misalnya, dalam agama-agama besar seperti Islam, Kristen, atau Hindu, terdapat doktrin-doktrin tertentu yang membimbing penganutnya dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran agama.


Berpijak pada doktrin berarti mengikuti pedoman yang dianggap sebagai kebenaran dan petunjuk hidup. Doktrin ini memberikan arah yang jelas tentang apa yang benar dan salah, serta bagaimana seseorang harus hidup sesuai dengan norma-norma yang ditetapkan. Bagi banyak orang, doktrin menjadi pegangan hidup yang sangat penting, bahkan menjadi dasar bagi tindakan moral dan etika mereka.


Namun, doktrin juga bisa menjadi sumber perpecahan, terutama ketika ada perbedaan pandangan atau interpretasi. Setiap agama atau kelompok memiliki pemahaman tersendiri terhadap doktrin-doktrin mereka, yang kadang-kadang dapat menimbulkan konflik. Hal ini menuntut adanya dialog dan pemahaman yang lebih dalam untuk menjaga kesatuan dalam keragaman.


Tantangan dalam Menjaga Keseimbangan


Pentingnya berpijak pada tradisi dan doktrin tidak dapat dipungkiri, namun setiap individu dan masyarakat perlu mampu menjaga keseimbangan antara keduanya. Berpijak hanya pada tradisi tanpa memperhatikan perkembangan zaman bisa membuat suatu kelompok terbelenggu oleh cara lama yang tidak lagi relevan dengan kondisi sekarang. Sebaliknya, terlalu ketat mengikuti doktrin tanpa membuka ruang untuk diskusi atau pemahaman yang lebih luas juga bisa mengarah pada rigiditas berpikir.


Tantangan terbesar adalah bagaimana menyelaraskan antara menjaga nilai-nilai yang telah lama ada dengan kemampuan untuk beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Keseimbangan ini memerlukan keterbukaan dan fleksibilitas, serta kesediaan untuk mendengarkan perspektif yang berbeda tanpa mengorbankan prinsip dasar yang diyakini.


Kesimpulan


Berpijak pada tradisi dan doktrin bukanlah pilihan yang saling bertentangan, melainkan dua hal yang bisa saling melengkapi jika dihadapi dengan bijak. Tradisi memberikan identitas dan kebersamaan, sedangkan doktrin memberikan arah dan pedoman hidup. Yang terpenting adalah kemampuan untuk menyeimbangkan keduanya, menjaga warisan dan nilai-nilai lama, sambil tetap terbuka untuk kemajuan dan pemahaman yang lebih dalam terhadap dunia yang terus berkembang. Dengan demikian, masyarakat dapat berjalan dengan mantap, memegang teguh nilai-nilai penting, sambil tetap relevan di zaman yang terus berubah.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama