Panembahan Giri Kesuma; Raja Sekaligus Ulama Penyebar Islam di Tanah Kayong Abad ke 16

Ilustrasi Raja Raja Tanjungpura Era Sukadana, Panembahan Giri Kesuma  Urutan ke 10 

Panembahan Giri Kesuma bergelar Sultan Muhammad Tajudin, adalah raja sekaligus ulama penyebar islam. Ia menjadi raja ditabalkan oleh  Sunan Giri Prapen sebagai penerus  dinasti Sunan Giri yang menjadi pusat legitimasi bagi raja raja yang bergelar sultan.

Panembahan Giri kesuma ditabalkan dengan  gelar Sultan Muhammad Tajudin(De Wall). Ia adalah Raja Tanjungpura era Sukadana terakhir yang dilantik oleh Sunan Giri Prapen, sebab pada masa itu posisi Giri kedaton atau kedatuan Giri sudah agak melemah, dikarenakan kerajaan Demak Bintara telah memudar akibat konflik perebutan kekuasaan. Sehingga pengaruhnya hingga kepada Giri kedaton.  

Maka selanjutnya raja Tanjungpura berikutnya tidak lagi berhubungan dengan Kedatuan Giri, namun berhubungan kepada Kerajaan Mataram Islam, era Sultan Agung yang berhubungan langsung dengan Kesultanan Turki.

Panembahan Giri Kesuma adalah putra dari Sultan Musthafa Izzudin bin Sultan Umar Akamuddin bin Sultan Abubakar Jalaluddin bin bin Sultan Hasan Kawiuddin bin Sultan Ali Aliuddin bin Baparung, bin Prabu Jaya pendiri kerajaan Tanjung Pura era Sukadana yang berasal dari Majapahit. 

Setelah meninggalnya Penembahan Baroh, diangkatlah Giri Kesuma  dengan gelar sultan Muhammad Tajudin.  Karena bekal ilmu Agama Islamnya yang ia peroleh dari Giri kedaton yang di didirikan Sunan Giri, maka  Panembahan Giri Kesuma sangat rajin dan bersemangat menyebarkan agama Islam ke berbagai penjuru negeri diwilayah Tanjungpura dimasa itu.

Panembahan Giri Kesuma  juga sering berkhalwat dan mendekatkan dirinya kepada Allah SWT Tuhan yang maha esa. Tempat khalwatnya dibuat sedemikian rupa di atas bukit, maka atas hal tersebut ia diberi gelar Panembahan Sorgi.  “Sorgi“  berasal dari kata swargi atau swarga yang berarti syurga.

Nama Giri dalam bahasa Sansekerta  artinya adalah gunung,  yang pada masa itu juga terpengaruh oleh nama  Giri kedaton yang di dirikan oleh Sunan Giri. Giri kedaton merupakan sebuah tempat penting bagi Tanjungpura era Sukadana sebab pada masa sebelumnya di masa raja raja Tanjungpura dan raja raja senusantara era islam, Giri kedaton merupakan tempat  sakral  untuk melantik raja raja dengan pangkat sultan.

Di sebut dalam catatan muller 1822 bahwa Panembahan Sorgi Menjadi penguasa atas tiga negeri , yakni sungai Kayung , Sungai Matan  dan Sukadana. Di masa pemerintahannya Pedagang dari eropa semakian ramai berdagang di bandar Sukadana untuk membeli intan yang di mulai pada pada tahun 1604  masehi.

Panembahan Sorgi menikah dengan Ratu Mas Jaintan, yaitu anak dari Pangeran Purba Jayakesuma dari kerajaan  Landak. 

Perkawinan Giri Kesuma dengan Putri Mas Jaintan, melahirkan  Dua orang anak yaitu :

  1. Raden Saradewa atau Giri Mustika penerus ktahta berikutnya dengan  gelar Sultan Muhammad Syafiuddin
  2. Ratu Surya Kesuma, menikah dengan Raja Tengah dari Brunei, berputrakan Raden Sulaiman,dan mendirikan kesultanan sambas pertama bercorak Islam dengan mengambil berkah gelar dari pamnnya yakni sultan muhammad Syafiuddin.

Dimasa panembahan Sorgi Islam menyebar cukup pesat, ia juga melakukan dakwah masuk ke perhuluan serta membuka dan memperluas daerah Sukadana dan Matan. Mengingat pesatnya perkembangan Islam dimasanya, Panembahan Sorgi juga mendirikan madrasah atau pesantren seperti tempat ia pertama kali menimba ilmu di Giri Kedaton atau Kedatuan Giri.

Tanjung pura era Sukadana dimasa Panembahan Giri kesuma ini berada pada puncak kejayaannya, sehingga  Mulia atau meliau di masanya  di tingkatkan, dimana pada masa panembahan Sang Ratu Agung Atau Pudong Berasap, mulia juga sudah menjadi jalur penting untuk menghubungkan antara Sungai Mendauk dengan negeri negeri di Kapuas.

Mulia pada masa itu ada di pesisir dan terbentang dari mulai pulau pelintuan hingga muara sungai simpang dan sungai mulia kuno yang saat ini di sebut sebagai sungai rantau panjang. di bekas areal ini terdapat banyak temuan berupa fragment keramik dan makam makam tua, sebagian besar sudah rusak.

Panembahan  Sorgi meninggal di bulan januari 1609, dan dimakamkan di Giri (gunung) yang saat ini lokasinya masih di identifikasi antara gunung yang terdapat komplek makam raja di daerah Sukadana ataupun Matan.  

Penulis MIFTAHUL HUDA 




Post a Comment

أحدث أقدم