Ilustrasi Raja Raja Tanjungpura Era Sukadana, Panembahan Giri Kesuma Urutan ke 10 |
Panembahan Giri Kesuma bergelar Sultan Muhammad Tajudin, adalah raja sekaligus ulama penyebar islam. Ia menjadi raja ditabalkan oleh Sunan Giri Prapen sebagai penerus dinasti Sunan Giri yang menjadi pusat legitimasi bagi raja raja yang bergelar sultan.
Panembahan Giri kesuma ditabalkan
dengan gelar Sultan Muhammad Tajudin(De Wall). Ia adalah Raja Tanjungpura
era Sukadana terakhir yang dilantik oleh Sunan Giri Prapen, sebab pada masa itu
posisi Giri kedaton atau kedatuan Giri sudah agak melemah, dikarenakan kerajaan
Demak Bintara telah memudar akibat konflik perebutan kekuasaan. Sehingga pengaruhnya
hingga kepada Giri kedaton.
Maka selanjutnya raja Tanjungpura
berikutnya tidak lagi berhubungan dengan Kedatuan Giri, namun berhubungan kepada
Kerajaan Mataram Islam, era Sultan Agung yang berhubungan langsung dengan Kesultanan
Turki.
Panembahan Giri Kesuma adalah
putra dari Sultan Musthafa Izzudin bin Sultan Umar Akamuddin bin Sultan
Abubakar Jalaluddin bin bin Sultan Hasan Kawiuddin bin Sultan Ali Aliuddin bin
Baparung, bin Prabu Jaya pendiri kerajaan Tanjung Pura era Sukadana yang berasal
dari Majapahit.
Setelah
meninggalnya Penembahan Baroh, diangkatlah Giri Kesuma dengan gelar sultan Muhammad Tajudin. Karena bekal ilmu Agama Islamnya yang ia
peroleh dari Giri kedaton yang di didirikan Sunan Giri, maka Panembahan Giri Kesuma sangat rajin dan
bersemangat menyebarkan agama Islam ke berbagai penjuru negeri diwilayah Tanjungpura
dimasa itu.
Panembahan
Giri Kesuma juga sering berkhalwat dan
mendekatkan dirinya kepada Allah SWT Tuhan yang maha esa. Tempat khalwatnya
dibuat sedemikian rupa di atas bukit, maka atas hal tersebut ia diberi gelar
Panembahan Sorgi. “Sorgi“ berasal dari kata swargi atau swarga yang
berarti syurga.
Nama Giri
dalam bahasa Sansekerta artinya adalah gunung, yang pada masa itu juga terpengaruh oleh
nama Giri kedaton yang di dirikan oleh
Sunan Giri. Giri kedaton merupakan sebuah tempat penting bagi Tanjungpura era Sukadana
sebab pada masa sebelumnya di masa raja raja Tanjungpura dan raja raja
senusantara era islam, Giri kedaton merupakan tempat sakral
untuk melantik raja raja dengan pangkat sultan.
Di sebut dalam catatan muller
1822 bahwa Panembahan Sorgi Menjadi penguasa atas tiga negeri , yakni sungai
Kayung , Sungai Matan dan Sukadana. Di
masa pemerintahannya Pedagang dari eropa semakian ramai berdagang di bandar Sukadana
untuk membeli intan yang di mulai pada pada tahun 1604 masehi.
Panembahan
Sorgi menikah dengan Ratu Mas Jaintan, yaitu anak dari Pangeran Purba
Jayakesuma dari kerajaan Landak.
Perkawinan
Giri Kesuma dengan Putri Mas Jaintan, melahirkan Dua orang anak yaitu :
- Raden Saradewa atau Giri Mustika penerus ktahta berikutnya dengan gelar Sultan Muhammad Syafiuddin
- Ratu Surya Kesuma, menikah dengan Raja Tengah dari Brunei, berputrakan Raden Sulaiman,dan mendirikan kesultanan sambas pertama bercorak Islam dengan mengambil berkah gelar dari pamnnya yakni sultan muhammad Syafiuddin.
Dimasa panembahan Sorgi Islam
menyebar cukup pesat, ia juga melakukan dakwah masuk ke perhuluan serta membuka
dan memperluas daerah Sukadana dan Matan. Mengingat pesatnya perkembangan Islam
dimasanya, Panembahan Sorgi juga mendirikan madrasah atau pesantren seperti
tempat ia pertama kali menimba ilmu di Giri Kedaton atau Kedatuan Giri.
Tanjung pura era Sukadana dimasa
Panembahan Giri kesuma ini berada pada puncak kejayaannya, sehingga Mulia atau meliau di masanya di tingkatkan, dimana pada masa panembahan Sang
Ratu Agung Atau Pudong Berasap, mulia juga sudah menjadi jalur penting untuk
menghubungkan antara Sungai Mendauk dengan negeri negeri di Kapuas.
Mulia pada masa itu ada di
pesisir dan terbentang dari mulai pulau pelintuan hingga muara sungai simpang
dan sungai mulia kuno yang saat ini di sebut sebagai sungai rantau panjang. di
bekas areal ini terdapat banyak temuan berupa fragment keramik dan makam makam
tua, sebagian besar sudah rusak.
Panembahan Sorgi meninggal di bulan januari 1609, dan dimakamkan di Giri (gunung) yang saat ini lokasinya masih di identifikasi antara gunung yang terdapat komplek makam raja di daerah Sukadana ataupun Matan.
Penulis MIFTAHUL HUDA
إرسال تعليق